Gunung Sindoro 3.136 MDPL: Si Tampan dan Babi Hutan

Ini bakal jadi kali ketiganya gue menginjakkan kaki di gunung Jawa Tengah. Ntah kenapa gue selalu tertarik dengan gunung-gunung yang ada di Jawa Timur dan Tengah. Berasa nemu KLIKnya aja gitu. Susah kan kalo nggak nge-KLIK. Nanti bertepuk sebelah tangan dong jadinya, hahaha. Oh ya, apalagi setelah pemandangan yang gue liat di Merbabu, itu makin bikin gue berkeinginan bawa gebetan nanjak. ((((((Gebetan…))))))  :(((((

###

DSC_0018

“Berdoa dulu bro sebelum nanjak.”

Lalu semua kepala tertunduk, mata terpejam, mulut menganga, hidung mendengkur,

dan…tidur (-_-“ )

Setelah semua siap, pukul 2 siang kami berempat memulai pendakian. Siang itu ada 2 tim yang mendaki; regu kobra dan regu domba……… #apasihbang

Rombongan gue dan rombongan dedek-dedek SMA Salatiga.

Seperti biasa, udara segar dan angin yang sejuk menyambut para pendaki memasuki area Gunung Sindoro ini. Selama perjalanan menuju pos 1, kami disuguhi pemandangan yang menarik. Kanan dan kiri kami ladang sayuran, jauh di depan sana Sindoro dengan gagah masih ditutupi kabut, jauh di belakang kami regu domba sedang asik ber-wefie ria, sedih sih karena gue gak diajak..huffft, jauh di belakangnya lagi si cantik Sumbing sedang bertengger dengan pesonanya, dan di sebelah gue….Ucok dengan muka gak santainya.

“Cok, lu kenape?” tanya gue.

“Wesdwenwncnncj” jawabnya dengan gak jelas.

“Hah, apa????”

“Gak papa. Puncak masih jauh yak?”

“Pli to the is, plis Cok….basecamp masih keliatan…. Jangan bilang lo mau bikin ‘bubur ayam’ lagi nih…..” timpal gue.

*Insiden ‘bubur ayam’ terjadi pas kami berempat mendaki Gunung Ciremai. Episodenya belom dibikin. Maap.

Btw, pada ngerti kan apa yang gue maksud dengan ‘bubur ayam’? Iya itu. Muntah. Muntah halus yang ada nasi beserta sayurannya. PRET…malah dijelasin kan -_-“.

Lama perjalanan kami menuju pos 1 kurang lebih 1,5 jam. Itu udah full-package: istirahat sesuka hati, snacktime + minum, dan foto-foto.

“Yuklah cus!” kata Krisna, kapten regu kobra.

IMG_20150625_151831_HDR

Menuju ke pos 2 treknya landai dan masih dibilang belum cukup berat. Lebih berat keril yang gue gendong sih. Hiks. Tapi, lama kelamaan jalannya menanjak dan gak santai. Kaki ini mulai letih dan butuh dipijat sepertinya. Btw, selama gue tinggal di Depok belom pernah ngerasain dipijet sama sekali lho. #bodoamatbang.

Formasi mulai berubah. Di depan sana ada Krisna si kapten regu Kobra, lalu Ucok si Tukang Bubur Ayam, kemudian gue si pembawa keril berat, dan terakhir Eba si Tongkat Ajaib. Regu domba udah gak ada kabarnya, mereka jauh di belakang kami, mungkin sedang curhat sama kembang kol dan daun bawang.

Dua setengah jam kemudian, kami sampai di pos 2. Girangnya gue setelah sampe di pos ini, itu berarti pos 3 ada di depan sana. Sana……..yang gak tau ada di mana…… Seperti biasa, ramuan logistik segera disiapkan untuk menghadapi pos 3.

“Aman kan semuanya?” tanya si kapten Krisna.

“Aman, bro” jawab Ucok.

“Siap, aman.” tambah Eba.

“Ambkacbcbauehc.” kata gue sambil ngunyah makanan.

“Kita nenda di pos 3 aja kali ya? Udah sore banget ini soalnya.” kata Krisna sambil liat jam.

“Iya boleh, pos 3 aja ye. Sebelum tenaga kita abis.” timpal gue.

Dan yang lainnya idem.

Kemudian, kami melanjutkan pendakian ke pos 3.

###

“Ti-ati ya. Trek mulai gak santai nih.” teriak Krisna dari atas…………..pohon. Gak ding. Bo’ong.

Treknya mulai berlandai, terjal, berbatu-batuan, kemudian makin lama makin menanjak. Bikin kaki makin kerja keras lagi. Semangat Ki, kamu pasti bisa. Nanti ayah pijetin kalo udah sampe….…….rumah. Semua nafas terdengar lelah, letih, lesu, dan tak berdaya.

“Yok ayo, bentar lagi pos 3 nih! Semangat, semangat!!” teriak gue, ngasi semangat.

DSC_0036 DSC_0048

Ucok dan Eba tetap terdiam, membisu, tanpa kata, tanpa suara, mungkin sebentar lagi mereka bermetamorfosis jadi tokek.

“POS TIGAAA!!” teriak Krisna dari jauh, jauh banget, sampe gak ada badannya, cuma suaranya doang.

Pukul 7 malam, kami sampai di pos 3. Pos 3 adalah tempat favorit untuk nenda dan berleha-leha. Tanahnya lapang dan luas banget. Bro-Sis, kalian harus liat pemandangan kota Magelang dan sekitarnya dari pos 3 ini. IT’S AMAZING!!!! Luar biasa cantik banget. Lampu-lampu kota dan kendaraan akur banget kaya mantan dan gebetan yang udah saling ngerti. Ditambah siluet Gunung Sumbing yang menjulang tinggi setara dengan Sindoro. WAH BANGET DEH POKOKNYA!! Setelah liat beginian, gue jadi pengen bilang; Maap ya mantan, gak bisa ajak kamu ke sini. Kamu sih, minta putus TT__TT

 

Kami siap-siap bikin tenda. Gak sampe sepuluh menit, tenda kelar, semua barang masuk. Siapin makanan buat isi perut malem sambil nonton gunung pacaran sama bintang-bintang. Gak lama kemudian, regu domba datang. Muka lesu, badan loyo, penampilan amburadul, hahaha dasar anak muda.

“Kalian mau nenda di mana? Ini udah malem lho.” tanya gue.

“Di tempat yang tinggian, Bang.” jawab salah satu dari mereka.

“Oh ya udah, ati-ati ya.” sambil melambaikan tangan dan sapu tangan.

Gue kembali memasak.

IMG_20150626_070138

###

DSC_0091 DSC_0110

Malam itu, Ucok lagi niup-niup gelas kopinya yang gak dingin-dingin. Eba lagi ngelapin tongkat ajaib yang udah nyelametin hidupnya. Kapten lagi maen tepuk pramuka sama nyamuk-nyamuk. Gue, diem. Nahan e’ek.

Samar-samar di sebelah tenda kami ada suara-suara berisik. Gue keluar tenda buat ngecek.

“Lha, kok kalian di sini. Katanya mau nenda di tempat yang tinggian?” sambil nunjuk kea rah puncak.

“Gak jadi bang, kejauhan. Di sini aja biar rame-rame.” jawab yang agak pendek sambil meringis.

“Oke deh. Darimana kalian?” tanya gue.

“Dari atas situ Bang, terus turun ke sini” kata yang tinggi berkumis tipis sambil ketawa.

KAMPRET.

“Dari Salatiga, Bang.” timpal yang cewek.

“Wah Kris, temen-temen lo di sini nih!”

Krisna nongol dari tenda. Lalu bertegur sapa dengan mereka. Ternyata regu domba itu berasal dari salah satu SMA di Salatiga.

Sebelum kami tidur, kegiatan malam kami cuma berfoto-foto ria saja. Sayang banget kalo dilewatin. Apa? Sayang??? Iya. Udah. Cukup.

###

Pukul setengah 3 pagi, ada yang mengendap-endap keluar dari dalam tenda. Pelan-pelan ia keluar dari tenda, celingak-celinguk, sepi, sunyi, gelap. Wajahnya tampak tegang dan gelisah. Kebimbangan mulai menjalar ke pikirannya. Kemudian, ia berjalan pelan ke arah semak-semak di dekat tendanya.

Njir…dingin beud ini. Ah, gak papa. Numpang ya.

Ia masuk ke dalam semak-semak, dan melepaskan ketegangannya di sana.

Tak lama, ia kembali lagi ke tendanya.

###

GROOOK GROOOOKKKK!!

Buset dah si Ucok tidur udah kaya babi hutan.

“Kris, tidur nggak?”

“Belom. Gak bisa tidur ini.” Jawab Krisna.

“Ini si Ucok ngorok banget nih tidurnya. Disenggol-senggol gak ngaruh. Huh..” dengus gue.

“Kayanya bukan Ucok deh. Noh para tetangga pada berisik teriak-teriak ada babi hutan.” jelas Krisna.

Iya sih, di luar lagi rame pada manggil-manggil Ucok, eh, babi hutan.

Gue dan Krisna nongol keluar tenda. Info dapet info, ternyata tenda mereka abis di serang Ucok, eh, babi hutan. Sekitar 10 indomie goreng mentah ludes dimakan si babi. Wetdewwww……

Selagi mereka sibuk jaga-jaga di sekitar tenda gue menarik diri untuk cari tempat sepi, semak-semak yang aman dan nyaman. Lalu gue menerima tugas, tugas yang berat. Panggilan alam.

babi hutan
Mungkin kaya gini nih babi hutannya

###

“Oi bangun, sunrise nih!!” gue nyelonong keluar tenda.

“Bangun-bangun-bangunnnnnn!” teriak gue.

GILA!

Speechless gue ngeliat pemandangan pagi itu. Cakep-secakep-cakepnya gunung pokoknyalah. Kalo kata mereka ‘negeri di atas awan’. Memang bener sih. Di depan mata gue ada lautan awan yang bergelombang-gelombang, beku, putih, mirip kembang gula. Pengen dimaem. NYAMMMM!

Seperti biasa, kami menunaikan tugas kami. Poto-poto sampe keren.

DSC_0130

DSC_0154

DSC_0271

DSC_0125 DSC_0204

Pagi, sekitar pukul 8, kami lanjutkan untuk naek lagi, tapi sayangnya cuma bisa sampe pos 4, yaitu Batu Tatah. Kata penjaga basecamp, dilarang muncak lebih dari jam 12 siang, karena kabut tebal akan naik, dan menyusahkan para pendaki untuk melihat jalur.

Apalah mau dikata, akhirnya kami hanya menikmati si Tampan Sindoro ini hanya dari pos 4, but it was good to be there! Suka sama semua-semuanya. Pengalaman yang luar biasa dan penglihatan yang menakjubkan.

The End…..

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Atas ↑